Share this Post
Pada 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan ada 2 orang yang terjangkit Novel Coronavirus (COVID-19). 10 hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Tentunya, situasi ini berdampak perekonomian.
Di sektor keuangan yang jadi fokus kami merespon dengan penurunan tajam IHSG. Pada penutupan perdagangan Kamis (12/3) IHSG terkoreksi 258 poin atau 5,01% ke level 4.895 pada pukul 15.33 WIB. Penutupan perdagangan bursa saham tersebut lebih cepat dari biasanya pukul 16.15 WIB karena terjadi penghentian perdagangan atau trading halt.
Tindakan itu diambil BEI sesuai dengan Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan tanggal 10 Maret 2020 perihal Perintah Melakukan Trading Halt Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Dalam Kondisi Pasar Modal Mengalami Tekanan. Jika terjadi penurunan yang sangat tajam atas dalam 1 hari bursa yang sama, maka diterapkan trading halt 30 menit jika mengalami pelemahan 5% dan dilakukan lagi 30 menit jika mengalami penurunan 10%. Selain itu juga diterapkan trading suspend bila IHSG turun hingga 15%.
Baca juga: Rontoknya Pasar Saham Dunia Memicu Aturan Circuit Breaker
Aksi Ambil Untung di Pasar Modal
Tampaknya banyak pemegang saham emiten-emiten di Indonesia mulai ambil untung karena tekanan dari wabah COVID-19. Salah satu yang terbesar adalah penjualan saham BBCA oleh Jahja Setiaatmadja.
Seperti yang dilaporkan ke OJK pada 13 Maret 2020, Presiden Direktur BCA tersebut menjual sebanyak 12.500 lembar pada harga Rp29.825 dan 20.000 lembar pada harga Rp29.800 dengan total penjualan mencapai Rp968,8 juta. Sebelumnya, Jahja juga menjual saham BBCA hingga Rp2,65 miliar pada November 2019.
Saham BBCA terus turun selama wabah COVID-19 dari harga tertinggi 6 bulan terakhir yaitu Rp34.375 per 17 Januari 2020. Sekarang, saham bluechip ini ditutup pada harga terendah Selasa (17/3) senilai Rp25.600 per lembar.
Saham Lebih Berisiko Dibandingkan Forex
Di pasar saham harga bisa bergerak sangat liar. Kita lihat Saham BBCA pada Selasa lalu ditutup minus 6,99% dari penutupan sebelumnya. Berbeda dengan forex yang penurunannya rendah, padahal berada di situasi yang sama.
Kita bisa melihatnya dari penurunan harga GBPUSD pada Selasa lalu ditutup di harga 1.20552, sedangkan penutupan hari sebelumnya di harga 1.22667. Artinya, penurunan harga GBPUSD hanya 1,7%.
Lawan Wabah dengan Cari Uang dari Rumah
Meski ada gap risiko yang jauh antara saham dan forex, tetapi keduanya bisa menangkal penyebaran wabah COVID-19. Trader saham dan forex sama-sama cari uang dari rumah yang bisa mengurangi potensi penularan karena minim interaksi.
Kita tidak bisa menyangkal kalau trading saham memang kurang cocok untuk jangka pendek. Alasannya, kita hanya bisa untung dari trading saham saat jual di harga yang lebih tinggi daripada harga beli. Beda dengan forex yang bisa untung saat harga naik maupun turun.
Baca juga: Lumpuhnya Perekonomian Dunia
Pemerintahan Jokowi terus ditekan untuk menerapkan kebijakan lockdown. Namun, Presiden masih menimbang dampaknya bagi masyarakat karena tanpa kebijakan ini pun ekonomi Indonesia sudah melemah. Kita bisa lihat dari penurunan tajam IHSG dan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tembus Rp15.200.
Kebijakan lockdown akan jadi instruksi presiden atau tidak, kita bisa melawan wabah dengan cari uang dari rumah. Kita juga tidak perlu pusing karena melemahnya rupiah karena partner broker di Traders Family memberikan pilihan fixed rate Rp10.000.
Jadi, kita bisa tetap tenang karena banyak cara untuk cari uang. Jangan panik! Kita pasti bisa lakukan yang terbaik untuk menghadapi wabah COVID-19.