Share this Post
Exclusive: TF & SWA Magazine Kisah Sukses dari Nol di Dunia Trading
Traders Family mendapat kehormatan secara exclusive saat diwawancarai oleh majalah SWA di edisi ke 06 yang terbit pada bulan Maret 2014. Kali ini majalah yang berfokus pada bisnis, manajemen dan investasi ini menyajikan artikel khusus untuk para trader yang bertajuk "Mereka Hidup dari Trading."
Diulas dalam 4 halaman, Majalah SWA buka-bukaan soal kisah sukses dari nol di trading, broker ‘nakal’ sampai berbagi tips menaklukan forex industry. Berikut interview SWA dengan Tito Hayunanda - CEO Traders Family.
"Penghasilan, Kebebasan dan Keasikan = Trading for living"
Tito Hayunanda telah 2,5 tahun terakhir ini melakukan trading for living. Pendiri dan CEO Traders Family – perusahaan konsultan bagi para calon investor bursa berjangka – ini memang memulai kariernya sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan pialang berjangka yang berbasis di Hong Kong.
Ia mengaku tak menyukai bekerja kantoran. “Saya ini dulu gamer addict banget. Gamer itu selalu ingin mengalahkan game yang dimainkannya. Jadi trading ini seperti game yang harus dimenangi,” ujarnya.
Jika dihitung-hitung, kisah sukses dari nol Tito dimulai sejak 3 November 2011 saat pertama kali trading dengan dana sekitar US$ 10 ribu, hingga Tito telah berhasil membukukan return rata-rata 18% per bulan.
Namun tak hanya untung, rugi banyak pun pernah dialaminya. Uang senilai Rp 50 juta yang berhasil ia lipat gandakan hingga menjadi Rp 170 juta dalam waktu seminggu ludes hanya dalam satu jam. “Setelah itu saya nggak keluar kamar dua minggu,” katanya mengenang sambil tertawa.
“Kalau rugi ya kita harus berani cut loss. Jangan sampai selalu berharap pasar berbalik arah, tidak cut loss dan akhirnya malah rugi banyak. Dulu kan saya tidak cut loss, kalau rugi saya inject dana lagi,” ia menjelaskan soal kedisiplinan selama bertrading.
Melihat ini, bisa kita petik pelajaran: Banyak orang yang kapok trading forex, indeks dan komoditas karena pergerakan harga yang gila-gilaan. Akan tetapi, bagi beberapa orang, seperti Tito misalnya, trading semacam ini merupakan keasyikan tersendiri. Sebab, dapat dilakukan dari mana saja, tidak membutuhkan jam kantor yang pasti, dan yang pasti dapat menghasilkan uang selama tahu strategi yang tepat untuk meraup untung.
Hal yang harus diperhatikan
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh calon investor atau trader dalam melakukan trading forex, indeks dan komoditas. Tentunya, seorang calon investor harus mengerti cara trading, mempelajari pergerakan pasar secara fundamental dan mempelajari berbagai alat analisis teknisnya.
Selain itu, calon investor pun perlu memilih perusahaan pialang berjangka yang tepat. Tepat di sini berarti perusahaan pialang berjangka itu merupakan perusahaan pialang yang memiliki sistem yang baik dan transparan, dan bukan perusahaan pialang yang nakal atau kecenderungan merugikan nasabahnya.
Tito menjelaskan, ada berbagai cara perusahaan pialang nakal itu mengganggu kegiatan trading nasabahnya. Misalnya:
Nasabah sulit memperoleh harga yang diinginkan. “Kalau kita ingin ambil posisi di pasar, tapi saat kita klik di sistem, kita sulit dapat harga yang diinginkan. Itu istilahnya Requote. Misalnya, kita ingin beli emas di harga 1.360, tapi begitu kita klik ternyata sistem menampilkan bahwa harganya telah bergerak ke angka 1.362, lalu sistem akan mengonfirmasi, apakah kita tetap ingin membeli di harga yang sudah naik, dan ketika kita oke lalu mengklik harga baru itu, ternyata harga sudah bergerak lagi ke 1.364, dan kembali sistem mengonfirmasi pada kita. Itulah yang dinamakan requote.”
Sistem yang baik seharusnya membuat nasabah langsung mendapatkan harga yang diinginkan begitu ia mengklik harga tersebut, dan bukannya yang terjadi reqoute terus-menerus. “Yang lebih parah lagi, jika requote itu terjadi ketika kita akan keluar dari pasar atau istilahnya melikuid dana kita. Saat kita sudah profit atau ingin cut loss, harga yang kita klik tidak langsung kita dapatkan, akhirnya setelah kita rugi banyak baru dapat harganya,” Tito menambahkan.
Selain itu, beberapa perusahaan pialang nakal juga kerap mengiming-imingi calon nasabahnya dengan mengatakan bahwa trading di bursa berjangka itu high return low risk.
Bagi calon nasabah yang benar-benar awam dunia trading tentu tawaran ini menggiurkan. Kita bisa browsing di internet dan lihat sendiri berapa banyak nasabah yang uangnya sudah digondol para staf pemasaran perusahaan pialang berjangka itu, terlebih para staf mengaku kepada calon nasabah bahwa mereka telah cukup berpengalaman untuk melipat-gandakan uang klien.
Big Fish = Right Bait + Right Place + Right Time
Jadi Trader Ga bisa Setengah-setengah
“You have to commit it,” kata Tito ketika ditanya soal keseriusan bertrading. Tito bahkan menceritakan, salah seorang rekannya yang terbilang sangat “berada” pernah melakukan trading saat terjadi Tsunami di Jepang, dan dengan percaya diri langsung membuka posisi buy di mata uang Yen dengan nilai 10 lot besar alias US$10 ribu.
Namun, selanjutnya pergerakan pasar malah turun, sehingga ia terpaksa menunggu arah pasar berbalik. “Teman saya itu memiliki posisi open hingga 350 lot besar, dananya sempat floating sampai Rp 2,3 miliar dan dia menunggu arah pasar berbalik selama 7 bulan sebelum akhirnya untung Rp 1, 8 miliar. Tapi setelah itu dia tidak mau trading lagi. Dia tidak menganggap bisnis ini bisnis yang bagus, karena menurut dia dananya sempat tergerus hingga Rp 2, 3 miliar. Kerugian itu tidak direalisasikan, tapi keuntungannya hingga Rp 1,8 miliar,” tuturnya.
Dan, pelaku pasar yang sekali trading langsung menggelontorkan dana besar semacam itu tidak sedikit. Konglomerat besar pun banyak yang turut bermain di bursa berjangka. Mereka bahkan tak segan merekrut trader andal yang digaji sebagai professional untuk mengelola dana pribadi mereka di pasar forex, indek ataupun komoditas.