Share this Post
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berkeinginan untuk menerapkan cara Thatcerisme ketika ekonomi negeri tersebut sedang mengalami resiko gejolak ekonomi yang dapat menguncang ekspor jepang. Hal ini bisa dilihat dari tekanan terhadap mata uang yen yang mengalami pelemahan dibandingkan minggu lalu.
Berdasarkan data laporan, defisit neraca perdagangan Jepang pada bulan September naik 11,5% atau sekitar 932,2 miliar yen, sedikit turun dari bulan sebelumnya yang sekitar 14,7 % atau sebesar 960,3 miliar yen jauh dibawah perkiraan sekitar 16,1 %
Ekspor Jepang tidak naik disebabkan karena banyak produk Jepang yang diproduksi di luar Jepang terutama di Asia Tenggara. “Perusahaan Jepang melakukan produksi diluar Jepang untuk meningkatkan kepercayaan konsumen setelah sebelumnya mereka lebih percaya jika produk tersebut hanya diproduksi di Jepang meski jumlah volume pendapatan masuk ke kas negara atas nama perusahaan Jepang.” kata Nash, Analis IHS Global Insight yang berkantor di London